Rangkuman Menganalisis Sistematika Kritik dan Esai Bahasa Indonesia

 

Kritik sastra diartikan sebagai tanggapan atau respons pembaca terhadap hasil karya sastra, baik itu berupa karya puisi ataupun prosa seperti cerpen maupun novel. Kritik sastra ditulis secara sistematis dan di dalamnya terdapat penilaian baik buruk. Panjang pendeknya sebuah tulisan kritik tidaklah ditentukan. Kritik sastra bisa ditulis panjang atau pendek sesuai dengan kebutuhan dan kedalaman isi. Meskipun mengungkapkan pandangan penulis, kritik tetap harus ditulis secara objektif karena berlandaskan sebuah hasil karya yang real. 

Dalam teks kritik sastra, pendapat/tesis yang disampaikan adalah hasil penilaian terhadap sebuah karya. Dalam pendapat/tesis juga terdapat rangkuman cerita atas karya yang kalian kritik serta terdapat tokoh, perwatakan, alur, latar, amanat, atau hal lain yang berhubungan dengan kritik kalian.

Argumen yang disajikan berupa data-data objektif dalam karya serta alasan yang logis. Di dalamnya juga terdapat poin-poin yang akan dibahas dalam kritik. Pembahasan dapat dimulai dari seputar tokoh, alur, perwatakan, amanat, sistematika penulisan, dan lain-lain. Penulis dapat menggunakan teori, seperti sosiologi, psikologi, feminisme, postmodernisme, postkolonial, semiotika, dan lain-lain. Teori ini digunakan sebagai landasan untuk menganalisis dan menilai.

Penegasan ulang dalam kritik dapat berupa ringkasan atau pengulangan kembali tesis dalam kalimat yang berbeda. Di dalamnya juga terdapat penilaian kalian terhadap sebuah karya sastra. Penilaian ini didasarkan pada analisis dan argumen yang telah ditulis dalam argumen. Penulis kritik harus tetap objektif dan mengunakan bahasa yang lugas dalam menilai sebuah karya sastra.

 

 

Esai adalah salah satu bentuk karya ilmiah. Fajri melalui Nurbaya mengatakan bahwa esai adalah sebuah tulisan yang menguraikan suatu masalah berdasarkan sudut pandang penulis, tetapi hanya secara sepintas. Oleh karena itulah, pendapat atau argumen yang ada dalam esai biasanya adalah pendapat pribadi. Penulis esai sangat dianjurkan mengemukakan pendapat, tetapi harus tetap memiliki alasan mengapa berpendapat seperti itu.

Terdapat dua bentuk esai, yakni esai formal dan esai nonformal. Esai formal adalah esai yang biasa dibuat oleh pelajar, mahasiswa, ataupun peneliti karena memiliki ciri-ciri serius, logis, dan lebih panjang. Bentuk esai nonformal memiliki sifat jenaka, personal, serta gaya dan struktur tidak terlalu formal sehingga lebih mudah ditulis.

Esai merupakan sebuah tulisan yang terdiri atas beberapa paragraf yang membahas sebuah topik. Empat hal yang harus ada dalam esai adalah judul, pendahuluan, isi, dan simpulan. Faktor penting yang ada dalam esai antara lain analisis, interpretasi, dan refl eksi. Karakter esai yang paling terlihat adalah unsur subjektivitas penulis.

 

Dalam teks esai, pendapat/tesis yang disampaikan adalah pandangan penulis terhadap objek atau fenomena yang disorotinya. Bagian ini memperlihatkan pokok permasalahan yang akan disampaikan oleh penulis esai. Selain itu, tesis bisa juga digunakan untuk menggiring pembaca agar mengetahui pokok esai kita.

Argumen yang disajikan berupa alasan yang logis yang subjektif. Pada bagian ini terdapat konteks. Konteks diartikan sebagai ruang lingkup tulisan secara eksplisit ataupun implisit. Konteks inilah yang membatasi pokok permasalahan agar fokus tidak keluar dari topik yang sedang dikaji. Selain terdapat konteks, pada bagian ini juga terdapat masalah. Masalah adalah kejadian atau peristiwa yang tidak sesuai dengan harapan atau keinginan. Sebuah karangan esai yang baik akan mengandung masalah yang aktual sehingga dapat memberikan sesuatu yang baru ke pembaca. Selain konteks dan masalah, bagian ini pun memperlihatkan adanya sebuah solusi. Solusi adalah usaha penulis untuk menyelesaikan masalah yang ditulis dalam esai karyanya. Penulis esai ingin meyakinkan pembaca agar ide dan gagasan yang dia sampaikan dapat menyelesaikan masalah. Selain itu, penulis juga ingin mengajak pembaca melaksanakan solusi yang disampaikan sehingga masalah dapat terpecahkan dan selesai.

Penegasan ulang dalam esai dapat berupa ringkasan atau pengulangan kembali. Ringkasan dari pokok masalah dan solusi yang telah disampaikan. Akan lebih baik jika penegasan ulang ditulis dalam 3–5 kalimat yang menggambarkan pendapat kalian tentang topik yang ditulis. Namun, jangan tulis kembali apa yang sudah ditulis sebelumnya karena akan membuat pembaca bosan.

 

 Rangkuman

1.       Dalam teks kritik sastra, 

Pendapat/ tesis yang disampaikan adalah hasil penilaian terhadap sebuah karya. Argumen yang disajikan berupa data-data objektif dalam karya serta alasan yang logis. Penegasan ulang dalam kritik dapat berupa ringkasan atau pengulangan kembali tesis dalam kalimat yang berbeda.

 

2.       Dalam teks esai, 

Pendapat/tesis yang disampaikan adalah pandangan penulis terhadap objek atau fenomena yang disorotinya. Argumen yang disajikan berupa alasan yang logis yang subjektif. Penegasan ulang dalam esai dapat berupa ringkasan atau pengulangan kembali.

 

 

 

 

 

 

 

KEGIATAN PEMBELAJARAN 2 Menganalisis Kebahasaan Kritik Sastra dan Esai

Berikut adalah uraian beberapa kaidah kebahasaan yang kita temukan dalam teks kritik sastra dan esai.

1.       Menggunakan pernyataan-pernyataan persuasif.

Contoh:

a)      Oleh karena itu, berhadapan dengan novel model ini, kita (pembaca) mesti memulainya tanpa prasangka dan menghindar dari jejalan pikiran yang berpretensi pada sejumlah horison harapan. Bukankah banyak pula novel kanon yang peristiwa-peristiwa awalnya dibangun melalui narasi yang lambat?

 

b)      Rangkaian kalimat panjang yang melelahkan itu, diolah dalam kemasan yang lain sebagai alat untuk membangun peristiwa. Wujudlah rangkai peristiwa dalam kalimat-kalimat yang tidak menjalar jauh berkepanjangan ke sana ke mari, tetapi cukup dengan penghadiran dua sampai empat peristiwa berikut berbagai macam latarnya.

 

 

2.       Menggunakan pernyataan yang menyatakan fakta untuk mendukung atau membuktikan kebenaran argumentasi penulis/penuturnya. Mungkin pula diperkuat oleh pendapat ahli yang dikutipnya ataupun pernyataan-pernyataan pendukung lainnya yang bersifat menguatkan.

3.       Menggunakan pernyataan atau ungkapan yang bersifat menilai atau mengomentari.

Contoh :

Pemanfaatan –atau lebih tepat eksplorasi–setiap kata dan kalimat tampak begitu cermat dalam usahanya merangkai setiap peristiwa. Eka seperti hendak menunjukkan dirinya sebagai ”eksperimental” yang sukses bukan lantaran faktor kebetulan. Ada kesungguhan yang luar biasa dalam menata setiap peristiwa dan kemudian mengelindankannya menjadi struktur cerita. Di balik itu, tampak pula adanya semacam kekhawatiran untuk tidak melakukan kelalaian yang tidak perlu.

 

4.       Menggunakan istilah teknis berkaitan dengan topik yang dibahasnya. Topik contoh teks kritik adalah novel, dan istilah-istilah yang digunakan juga berkaitan dengan novel, misalnya narator, antologi, eksplorasi, eksperimen, mitos, biografi , dan alur. Topik pada teks esai adalah film, terutama film ”Batman”. Istilah-istilah film yang digunakan antara lain orisinalitas, trilog Nolan, planetary, remote control, alegori, dan candide.

 

5.       Menggunakan kata kerja mental. 

 

Hal ini terkait dengan karakteristik teks eksposisi yang bersifat argumentatif dan bertujuan mengemukakan sejumlah pendapat. Kata kerja yang dimaksud, antara lain, memendam, mengandalkan, mengidentifikasi, mengingatkan, menegaskan, dan menentukan.

Contoh:

a)      Sebuah novel yang juga masih memendam semangat eksperimen.

b)      Dengan hanya mengandalkan sebuah alinea dan 21 kalimat, Eka bercerita tentang sebuah tragedi pembantaian yang terjadi di negeri antah-berantah (Halimunda).

c)       Kadang kala muncul di sana-sini pola kalimat yang mengingatkan kita pada style penulis Melayu Tionghoa.

d)      Tiap kali kita memang bisa mengidentifi kasinya dari sebuah topeng kelelawar yang itu-itu juga.

e)      Sebab itu Batman bisa bercerita tentang asal mula, tapi asal mula dalam posisinya yang bisa diabaikan: wujud yang pertama tak menentukan sah atau tidaknya wujud yang kedua dan terakhir.

f)        Yang ada adalah simulacrum–yang masing-masing justru menegaskan yang– beda dan yang–banyak dari dan ke dalam dirinya, dan tiap aktualisasi punya harkat yang singular, tak bisa dibandingkan.

 

Teks kritik sastra dan esai juga memiliki karakter khas yaitu gaya bahasa berupa pilihan kata, struktur kalimat, dan gaya penulisannya merupakan hal yang berkaitan erat dengan penulis kritik sastra dan esai secara pribadi. Setiap penulis kritik sastra dan esai, memiliki gaya bahasa yang khas yang membedakannya dengan penulis kritik sastra dan esai yang lain. Sebagai contoh, esai yang ditulis Gunawan Muhammad pasti berbeda dengan gaya bahasa esai yang ditulis oleh A.S. Laksana, Bakdi Sumanto, dan Umar Kayam. Bahkan bagi penikmat esai, ketika membaca satu paragraf teks esai tanpa nama penulisnya, ia akan dapat menebak siapa penulisnya.

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Contoh Soal Pilihan Ganda Bahasa Indonesia #2